.1 Pengaruh
aspek budaya terhadap system jaringan irigasi
Aspek
budaya menentukan karakteristik dan sifat dari system jaringan. Aspek ini
berkaitan dengan masalah teknis tetapi seringkali berkaitan dengan masalah
tradisi atau keyakinan. Dalam perancangan atau pembuatan system irigasi tidak
lepas dari aspek budaya setempat. Setiap daerah mempunyai keunggulan dan
ketidakadaan sesuatu. Hal ini yang bisa menimbulkan pengaruh karakteristik
irigasi yang khas. Seperti halnya di daerah Bali yang terkenal dengan system
irigasi Subak, atuan mengenai hak dan
kewajiban anggota didasarkan pada
keyakinan mereka serta tidak hanya berkaitan dengan pembagian air
irigasi tetapi mengenai upacara-upacara adat yang sudah menjadi kebiasaan
masyarakat setempat. Dengan melihat kondisi di lapangan terbukti aspek budaya
mempunyai pengaruh yang kuat namun seringkali diremehkan. Pembuatan system
irigasi mengkin saja bertujuan baik, namun apabila tidak menyelaraskan dengan
aspek budaya akan tidak ekonomis, karena untuk merubah kebiasaan manusia sangat
sulit.
2.2 Pengaruh aspek social ekonomi terhadap system jaringan irigasi
Aspek
ini ditekankan pada nilai-nilai social ekonomi seperti mata pencaharian masyarakat
setempat, pendapatan masyarakat setempat serta kebiasaan masyarakat setempat
dalam menilai suatu materi. Dari aspek berikut dapat kita analogikan dengan
contoh berikut. Masyarakat setempat yang
pada musim tertentu tidak menggunakan air irigasi karena menanam tanaman yang
tidak membutuhkan banyak air dalam siklus pertumbuhannya, seperti tanaman
palawija misalnya. Meskipun system jaringan yang telah dibangun merupakan
system teknis namun pemanfaatannya hanya pada 2 musim tanam untuk padi.
Sisa
dimanfaatkan untuk tanaman palawija yang tidak membutuhkan air banyak termasuk
pemberian air dengan penyiraman yang tidak perlu dilakukan. Hal ini disebabkan
petani setempat yang menilai lebih efektif dan hasil yang lebih optimal. Mereka
menilai jika dipaksakan 3 kali musim tanam akan menimbulkan resiko yang besar. Demikian
pula social ekonomi masyarakat setempat yang lebih memilih menanam tanaman ubi
kayu tanpa adanya pengelolaan yang lebih
intensif, karena di waktu antara tanam dan panen, masyarakat lebih memilih
merantau dengan hasil pendapatan lebih besar. Kejadian ini berlangsung di
daerah Wonosari- Gn. Kidul. Meskipun pembuatan jaringan irigasi dibuat dengan
biaya yang tinggi tetapi tidak dimanfaatkan dengan optimal maka biaya yang
telah dikeluarkan tidak ekonomis.
2.3 Pengaruh
aspek non human subsystem terhadap system jaringan irigasi
Aspek
non human subsystem merupakan aspek campur tangan manusia yang akan
memperngaruhi system irigasi. Seperti kondisi sumber daya yang ada atau kondisi
daerah setempat. Seperti daerah Gn. Kidul merupakan daerah karst sehingga
aliran air permukaan atau sungai yang mengalir mempunyai karakteristik yang
berbeda. Disamping bentang lahan berkubah-kubah sehingga banyak di jumpai
daerah yang tinggi serta lembah-lembah juga pola aliran sungai. Maka untuk
membangun jaringan irigasi membutuhkan biaya tinggi. Beberapa penduduk setempat
mengandalkan system irigasi sederhana dalam memenuhi pengelolaan air untuk
tanaman. Masyarakat cukup membuat saluran-saluran air yang disusun dengan batu
untuk menghindari erosi juga sebagai pintu pembagi air dimanfaatkan tumbuhan
atau rerumputan yang dipotong. Karena jika menutup dengan tanah menyebabkan
tanah tergerus.
Pada intinya bahwa aspek non human
subsystem dapat berpengaruh terhadap system jaringan irigasi dimana dapat
menciptakan kebijakan local (Indigeoneous) petani setempat yang didasarkan atas
pengalaman dari pengamatan alam.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1
Kesimpulan
Dengan
demikian system jaringan irigasi banyak dipengaruhi oleh aspek budaya, aspek
teknis, aspek social ekonomi dan aspek non human subsystem sehingga setiap
daerah mempunyai karakteristik khas yang berbeda-beda. Dimana secara aspek
teknis berupa efisiensi pengelolaan air berupa penyediaan, pembagian air,
sampai pemberian air ke mintakat perakaran tanaman. Pada aspek social atau
kemanusiaan dapat berupa perubahan pola piker pelaku irigasi secara terlatih.
Sedangkan dari aspek ekonomi dalam bentuk investasi dan pemanfaatan yang
optimal.
3.2 Saran
Melihat
kondisi demikian maka system jaringan irigasi tidak bisa disamaratakan atau di
generalisasikan dalam penentuan kebijakan. Meskipun secara umum dan prinsip
dasar dapat diatur melalui perangkat hulum tertentu. Namun kebijakan local
merupakan komponen pokok yang harus dipertimbangkan dalam system irigasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar