Jumat, 11 Mei 2012

RESUME PENGELOLAAN AIR


.1         Pengaruh aspek budaya terhadap system jaringan irigasi
            Aspek budaya menentukan karakteristik dan sifat dari system jaringan. Aspek ini berkaitan dengan masalah teknis tetapi seringkali berkaitan dengan masalah tradisi atau keyakinan. Dalam perancangan atau pembuatan system irigasi tidak lepas dari aspek budaya setempat. Setiap daerah mempunyai keunggulan dan ketidakadaan sesuatu. Hal ini yang bisa menimbulkan pengaruh karakteristik irigasi yang khas. Seperti halnya di daerah Bali yang terkenal dengan system irigasi Subak, atuan mengenai hak dan kewajiban anggota didasarkan pada  keyakinan mereka serta tidak hanya berkaitan dengan pembagian air irigasi tetapi mengenai upacara-upacara adat yang sudah menjadi kebiasaan masyarakat setempat. Dengan melihat kondisi di lapangan terbukti aspek budaya mempunyai pengaruh yang kuat namun seringkali diremehkan. Pembuatan system irigasi mengkin saja bertujuan baik, namun apabila tidak menyelaraskan dengan aspek budaya akan tidak ekonomis, karena untuk merubah kebiasaan manusia sangat sulit.

2.2       Pengaruh aspek social ekonomi terhadap system jaringan irigasi
            Aspek ini ditekankan pada nilai-nilai social ekonomi seperti mata pencaharian masyarakat setempat, pendapatan masyarakat setempat serta kebiasaan masyarakat setempat dalam menilai suatu materi. Dari aspek berikut dapat kita analogikan dengan contoh berikut. Masyarakat setempat  yang pada musim tertentu tidak menggunakan air irigasi karena menanam tanaman yang tidak membutuhkan banyak air dalam siklus pertumbuhannya, seperti tanaman palawija misalnya. Meskipun system jaringan yang telah dibangun merupakan system teknis namun pemanfaatannya hanya pada 2 musim tanam untuk padi.
Sisa dimanfaatkan untuk tanaman palawija yang tidak membutuhkan air banyak termasuk pemberian air dengan penyiraman yang tidak perlu dilakukan. Hal ini disebabkan petani setempat yang menilai lebih efektif dan hasil yang lebih optimal. Mereka menilai jika dipaksakan 3 kali musim tanam akan menimbulkan resiko yang besar. Demikian pula social ekonomi masyarakat setempat yang lebih memilih menanam tanaman ubi kayu tanpa adanya pengelolaan  yang lebih intensif, karena di waktu antara tanam dan panen, masyarakat lebih memilih merantau dengan hasil pendapatan lebih besar. Kejadian ini berlangsung di daerah Wonosari- Gn. Kidul. Meskipun pembuatan jaringan irigasi dibuat dengan biaya yang tinggi tetapi tidak dimanfaatkan dengan optimal maka biaya yang telah dikeluarkan tidak ekonomis.

2.3       Pengaruh aspek non human subsystem terhadap system jaringan irigasi
            Aspek non human subsystem merupakan aspek campur tangan manusia yang akan memperngaruhi system irigasi. Seperti kondisi sumber daya yang ada atau kondisi daerah setempat. Seperti daerah Gn. Kidul merupakan daerah karst sehingga aliran air permukaan atau sungai yang mengalir mempunyai karakteristik yang berbeda. Disamping bentang lahan berkubah-kubah sehingga banyak di jumpai daerah yang tinggi serta lembah-lembah juga pola aliran sungai. Maka untuk membangun jaringan irigasi membutuhkan biaya tinggi. Beberapa penduduk setempat mengandalkan system irigasi sederhana dalam memenuhi pengelolaan air untuk tanaman. Masyarakat cukup membuat saluran-saluran air yang disusun dengan batu untuk menghindari erosi juga sebagai pintu pembagi air dimanfaatkan tumbuhan atau rerumputan yang dipotong. Karena jika menutup dengan tanah menyebabkan tanah tergerus.
            Pada intinya bahwa aspek non human subsystem dapat berpengaruh terhadap system jaringan irigasi dimana dapat menciptakan kebijakan local (Indigeoneous) petani setempat yang didasarkan atas pengalaman dari pengamatan alam.



BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1       Kesimpulan
            Dengan demikian system jaringan irigasi banyak dipengaruhi oleh aspek budaya, aspek teknis, aspek social ekonomi dan aspek non human subsystem sehingga setiap daerah mempunyai karakteristik khas yang berbeda-beda. Dimana secara aspek teknis berupa efisiensi pengelolaan air berupa penyediaan, pembagian air, sampai pemberian air ke mintakat perakaran tanaman. Pada aspek social atau kemanusiaan dapat berupa perubahan pola piker pelaku irigasi secara terlatih. Sedangkan dari aspek ekonomi dalam bentuk investasi dan pemanfaatan yang optimal.

3.2       Saran
            Melihat kondisi demikian maka system jaringan irigasi tidak bisa disamaratakan atau di generalisasikan dalam penentuan kebijakan. Meskipun secara umum dan prinsip dasar dapat diatur melalui perangkat hulum tertentu. Namun kebijakan local merupakan komponen pokok yang harus dipertimbangkan dalam system irigasi.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar